Tulisan ini disalin ulang oleh LSM PRAKARSA MADANI dari Laporan Peninjauan II Saudara Ali Ibrahim, Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan dan Pekerjaan Kemasyarakatan FKIP Univ. Padjadjaran, Bandung, Tahun 1962.
Sejarah Marga Pangkalan Jambu
- Sumber Sejarah
Sejarah yang tertulis tidak ada. Piagam Negeri ini adalah piagam pandai berkata. Maksudnya segala sesuatu yang berhubungan dengan marga ini, seperti: batas-batas marga, hak-hak atas tanah, asal usul penduduk, susunan pemerintahan secara adat, undang-undang adat dan sebagainya semuanya hafal dimulut oleh kepala-kepala adat dan diwariskan kepada generasi baru secara lisan.
Sejarah marga ini disusun berdasarkan keterangan-keterangan yang diperoleh dari Pasirah/Kepala Marga, Datuk-Datuk, Rio, Orang-Orang Tua, Cerdik Pandai yang ada dalam desa ini Mereka itu memperoleh keterangan pula dari Ninik Mamak mereka masing-masing. Hal ini sesuai dengan kata-kata adat: Waris nan dijawat, khalifah nan dijunjung, tutur nan disambut, nan terpahat ditiang panjang nan terlukis dibendul jati, nan tidak lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan.
- Renah Sungai Kunyit
Zaman dahulu, sewaktu marga pangkalan jambu masih ditutupi oleh hutan lebat, namanya ialah Renah Sungai Kunyit. Renah Sungai Kunyit ini pada waktu itu adalah bahagian dari daerah Depati Muara Langkap yang berkedudukan di Tamiai (Kerinci). Di daerah Renah Sungai Kunyit ini banyak terdapat biji emas. Hal ini diketahui oleh orang Minangkabau setelah Cindur Mato melalui daerah ini sewaktu ia kembali dari Palembang.
- Orang yang Mula-Mula Membuka Marga Pangkalan Jambu
Setelah mendengar cerita Cindur Mato bahwa di daerah Sungai Kunyit ini banyak terdapat biji emas, maka diutuslah oleh Bundo Kandung dan Basa Ampek Balai, dua orang yang bergelar “Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo” untuk mencari Renah Sungai Kunyit. Sebelum sampai ke Renah Sungai Kunyit kedua orang itu pergi menemui Tiang Bungkuk di Ujung Tanjung Muara Sekiau Tamiai. Tiang Bungkuk ini adalah menantu Depati Muara langkap. Setelah mendapat izin dari Tiang Bungkuk, dengan bantuan seorang Puteri Tiang Bungkuk yang bernama Ntai Meh Pasak yang waktu itu tinggal di Sungai Aur, maka sampailah Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo di Renah Sungai Kunyit. Kedua orang inilah yang mencencang meratih Marga Pangjalan Jambu zaman dulu. Mula-mula tujuan mereka adalah mencari emas. Tetapi kemudian setelah mereka membawa anak kemenakan mereka ke Renah Sungai Kunyit ini, maka disamping menambang emas mereka membikin sawah pula: karena di tempat ini terdapat tanah-tanah dataran yang baik untuk dijadikan sawah.
Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo ingin tinggal menetap di Renah Sungai Kunyit ini bersama anak cucunya yang dibawanya dari Minangkabau. Tetapi tempat ini lambat sekali ramainya. Karena itu timbul pikiran Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo untuk meramaikan Renah Sungai Kunyit ini. Maka ditetapkanlah akan mendirikan gelanggang untuk meramaikan negeri.
- Mendirikan Gelanggang
Pada waktu itu rakyat Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo adalah anak dan kemenakan mereka sendiri. Tempat tinggal mereka berpusat di Pondok Barung-Barung. Dengan bantuan anak dan kemenakannya itu disiapkannyalah segala perlengkapan yang diperlukan. Untuk meramaikan gelanggang ini, dikabarkanlah ke Minangkabau dan diundang negeri-negeri yang terdekat dari tempat ini seperti negeri Depati IV Tiga Helai Kain yaitu tujuh orang Depati yang masing-masingnya bergelar: Depati Muara Langkap di Tamiai, Depati Rencong Telang di Pulau Sangka, Depati Atur Bumi di Hiang, Depati Biang Seri di Pangasi, Depati Cojo Nyato di Muara Panco, Depati Setio Rajo di Lubuk Gaung dan Depati Cojo Dati di Nalo Tantan. Selain dari itu, juga diundang negeri Luhak XVI Muara Siau/Pamuncak Koto Tapus Serampas, Siangit Sungai Tabir, Limun Batang Asai dan daerah uluan Palembang.
Dengan demikian ramailah orang datang ke tanah Sungai Kunyit, pergi menyabung dan berjudi. Gelanggang semakin lama semakin ramai juga. Orang yang kalah menyabung dan berjudi pergi menambang emas untuk pokok berjudi kembali. Setengahnya ada pula yang membuka tanah persawahan dan tidak mau berjudi lagi. Gelanggang berlangsung beberapa tahun. Pendatang baru telah banyak yang tinggal menetap.
Pada suatu hari turunlah beberapa orang keluarga Depati Muara Langkap dari Tamiai Kerinci meminta hasil paguan kepada Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo karena Renah Sungai Kunyit yang merupakan bagian dari daerahnya itu, telah ramai didatangi orang dan telah banyak pendatang baru yang tinggal menetap. Karena suatu hal maka terjadilah perselisihan antara Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo dengan keluarga Depati Muara Langkap tadi, sehingga mengakibatkan terjadinya pembunuhan.
Setelah terjadi perselisihan itu, Renah Sungai Kunyit yang baru saja mulai ramai menjadi muram kembali karena padi ditanam buahnya hampa, emas dicari sukar didapat. Berhubung karena keadaan ini maka timbullah pikiran pada Datuk Putih dan Datuk Mangkuot Marajo untuk pergi bermaaf-maafan dengan keluarga Depati Muara Langkap di Tamiai. Beberapa hari kemudian, pergilah Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo beserta beberapa orang pengiringnya ke Tamiai. Kedatangannya itu selain dari untuk bermaafan, juga akan mnegajak kaum keluarga Depati Muara Langkap tinggal bersama-sama dengan mereka di Renah Sungai Kunyit supaya dapat bersama-sama memerintah dan hidup rukun dan damai.
Pada mulanya kedatangan Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo, tidak dilayani oleh Depati Muara Langkap karena kekhawatiran kedatangan Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo ini akan memerangi keluarganya. Tetapi berkat kebijaksanaan Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo, mereka dapat menimbulkan kepercayaan Depati Muara Langkap, sehingga akhirnya kedatangan mereka diterima dengan baik dan saling memaafkan kesalahan yang telah lalu. Sehabisnya silang persengketaan, diutuslah oleh Depati Muara Langkap beberapa orang keluarganya untuk bersama-sama memerintah dengan Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo di Renah Sungai Kunyit dan semenjak itu kehidupan penduduk mulai baik kembali.
Gelanggang sudah hampir habis karena orang telah banyak kembali me negerinya masing-masing. Tetapi sebagian dari pengunjung gelanggang ini ada yang tinggal menetap. Mereka telah membikin rumah dan sawah. Pada waktu itu belum ada keseragaman undang-undang yang mengatur hubungan anggota-anggota masyarakat yang berasal dari berbagai daerah itu. Masing-masing bertindak menurut adat istiadat mereka sendiri-sendiri.
Untuk mengatur masyarakat Renah Sungai Kunyit yang telah bertambah ramai tadi, bersidanglah Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo serta utusan Depati Muara Langkap yang telah menetap di tempat ini. Sidang tersebut menelurkan suatu konsepsi mengenai susunan pemerintahan dan undang-undang adat yang meliputi berbagai segi kehidupan. Konsepsi tersebut merupakan U.U.D dari negeri Renah Sungai Kunyit. Untuk meresmikan konsepsi ini, diputuskan pulalah akan mengadakan suatu perhelatan besar.
- Meresmikan Susunan Pemerintahan dan Undang-Undang Adat
Setelah selesai semua persiapan yang diperlukan untuk mengadakan kenduri besar itu, diundanglah negeri-negeri: Depati IV Tiga Helai Kain, Luhak XVI/Pamuncak Koto Tapus Serampas Muko-muko, Siangit Sungai Tabir dan Limun Batang Asai.
Pada akhir bulan Sya’ban sebelum masuk puasa diadakanlah perhelatan disuatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Pondok Pekan Puaso. Dalam jamuan besar itu dipotong kerbau 48 ekor (menurut kata pusaka kurang dua limapuluh). Kemeriahan itu diramaikan pula dengan sabung-judi, bermacam-macam bunyi-bunyian dan taria-tarian rakyat.
Setelah hadir semua Depati/Datuk/Penghulu-Penghulu dari negeri-negeri yang diundang, diterangkanlah oleh Datuk Putih tujuan dan maksud dari perhelatan itu. Kemudian diumumkanlah oleh Datuk Mangkuto Marajo kepada pembesar-pembesar dan seluruh rakyat isi dari konsepsi mengenai susunan pemerintahan dan undang-undang adat yang akan dijadikan pedoman dalam menjalankan pemerintahan sampai turun temurun.
- Undang-Undang Adat
Undang-undang Adat Marga Pangkalan Jambu adalah kombinasi antara “Undang-undang yang turun dari Minangkabau dan Teliti-teliti yang turun (mudik) dari Jambi”.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!