\

Kegiatan Sarasehan Jakarta dilaksanakan pada tanggal 25 April 2019 bertempat di Hotel Santika Jakarta. Sarasehan ini merupakan langkah untuk membangun kerjasama para pihak dalam melakukan pembangunan sosial Orang Rimba. Para pihak yang hadir dalam sarasehan tersebut antara lain :

  1. Perwakilan Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dirjend Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia.
  2. Perwakilan Direktorat Kawasan Konservasi Dirjend Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
  3. Perwakilan Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas Provinsi Jambi.
  4. Perwakilan Dinas Sosial dan Pencatatan Sipil Provinsi Jambi.
  5. Perwakilan Pemerintah Kabupaten Saroilangun Provinsi jambi.
  6. Perwakilan Pemerintah Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.
  7. Perwakilan PT. Sari Aditya Loka 1.
  8. Perwakilan PT. Sinar Mas Agro Resorces dan Technology
  9. Perwakilan SSS PUNDI Sumatera Jambi
  10. Perwakilan Prakarsa Madani Institute Jambi

Kegiatan Sarasehan dilaksanakan dengan memberikan kesempatan kepada seluruh unsur perwakilan untuk mempersentasekan materi terkait dengan upaya-upaya yang dilakukan dalam pembangunan sosial Orang Rimba. Adapun pokok-pokok Materi yang disampaikan masing-masung unsur perwakilan dapat dijabarkan sebagai berikut :

  1. Prakarsa Madani Institut : Menggagas Pola Intervensi Perubahan Sosial Orang Rimba di Provinsi Jambi dengan nara sumber Idris Sardi, SP, M.Si (Koordinator Tim Riset).
  2. Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dirjend Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia : Kebijakan dan Strategi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dengan nara sumber Dr. Harapan L. Gaol (Direktur).
  3. Direktorat Kawasan Konservasi Dirjend Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia : Penataan Ruang Konservasi dan Komunitas Adat dengan nara sumber Ir. Dyah Murtiningsih, M.Hum (Direktur).
  4. Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas Provinsi Jambi : Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional Bukit Dua Belas Untuk Penghidupan Orang Rimba dengan nara sumber Haidir, S.Hut, M.Si (Kepala).
  5. Pemerintah Kabupaten Saroilangun Provinsi Jambi : Pemberdayaan Suku Anak Dalam di Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi dengan nara sumber Ir. Dedy Henry (Asisten II Bupati).
  6. Pemerintah Kabupaten Merangin Provinsi Jambi : Kebijakan dan Program Pembangunan Sosial Komunitas Adat Terpencil (SAD) di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi dengan nara sumber Dr. Agus Zainuddin (Ketua BAPPEDA).
  7. Sari Aditya Loka 1 : Program Pemberdayaan Orang Rimba dan Program CSR PT. Sari Aditya Loka 1 dengan nara sumber M. Hadi Sugeng (Presiden Direktur) dan Joko Subagyo (Divisi CSR).
  8. Sinar Mas Agro Resorces dan Technology : Program CSR dan Resolusi Konflik PT. Sinar Mas Group dengan nara sumber Aditya Rahman (Divisi CSR) dan Yuli Rahma (Divisi CSR).
  9. SSS PUNDI Sumatera Jambi : Program Sudung – Strategi Mendukung Kehidupan Suku Anak Dalam di Jalur Lintas Tengah Sumatera dengan nara sumber M. Sutono (Direktur).

Salah satu poin kesepakatan penting yang dibangun dalam kegiatan sarasehan Jakarta adalah penggunaan istilah ”Suku Anak Dalam” yang mengikuti nomenklatur yang telah ditetapkan. Hasil penting dari kegiatan sarasehan Jakarta adalah ditandatanganinya Piagam Kesepakatan pembentukan Forum Kerjasama Miltipihak Pembangun Sosial Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi.

 

Menyimak presentasi Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit 12 di Jakarta tanggal 25 April 2019, ketika dilakukan “Sarasehan Inisiatif Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Komunitas Adat Terpencil/Suku Anak Dalam“, tentang sejarah Taman Nasional Bukit 12. Taman Nasional Bukit Duabelas tidak bisa dilepaskan dari sejarah terbentuknya Cagar Biosfir Bukit 12. Pada waktu itu, Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko melalui surat Nomor 522/182/1984 tanggal 7 Februari 1984 mengusulkan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jambi, agar kawasan Hutan  Bukit 12 diperuntukkan sebagai pemukiman Suku Anak Dalam.

Kemudian Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jambi melalui surat Nomor 522.51/863/84 tanggal 25 April 1984 mengusulkan kepada Menteri Kehutanan agar kawasan Hutan Bukit Duabelas diperuntukkan sebagai Cagar Bisofir dengan fungsi sebagai Cagar Budaya Orang Rimba dan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi saat itu, luas kawasan Hutan Bukit Duabelas adalah 29.485 Ha.

Kawasan ini diusulkan dengan pertimbangan:

  1. Kawasan tersebut merupakan habitat berbagai satwa liar dilindungi yang semakin terdesak habitatnya.
  2. Kawasan hutan Bukit Duabelas dihuni oleh sekitar 900 jiwa Orang Rimba (Suku Anak Dalam) yang kehidupannya sangat tergantung pada hutan Bukit Duabelas.
  3. Topografi pengunungan Bukit Duabelas agak curam dengan kelerengan 0-20% dan jenis tanah podsolik yang sangat peka terhadap erosi. Pegunungan Bukit Duabelas juga merupakan hulu-hulu suagai yang termasuk dalam sub DAS Batang Tembesi dan Batang Tabir yang bermuara di DAS Batanghari. Sehinggga untuk kepentingan tata air perlu dipertahankan.
  4. Kehidupan masyarakan Orang Rimba dan kekayaan keanekaragaman hayati merupakan potensi yang bagus bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian kebudayaan

Setelah usulan Gubernur KDH TK I Jambi tersebut, Menteri Kehutanan pada tanggal 12 Februari 1987 menetapkan kawasan Hutan Bukit Duabelas sebagai kawasan Cagar Biosfir dengan luas 29.485 Ha, melalui Surat Keputusan Nomor 46/kpts-II/1987.

Berdasarkan peta yang dirilis Warsi, terlihat bahwa di sekitar CB Bukit 12, terdapat beberapa aktivitas perusahaan dan wilayah transmigrasi seperti: PT. SAL 1, Kawasan Transmigrasi Hitam Ulu, PT. SAL 2, PT. Jambi Agri Wijaya dan PT. Wana Perintis. Berdasarkan peta tersebut, terlihat bahwa beberapa perusahaan dan aktivitas transmigrasi Hitam Ulu berada diluar kawasan Cagar Biosfir Bukit Duabelas.

 

Sarasehan “Inisiatif Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Komunitas Adat Terpencil/Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi” tanggal 25 April 2019.

Pilar Ekonomi terbagi menjadi 2 bagian yaitu program peningkatan pendapatan dan program ketahanan pangan. Program peningkatan pendapatan digulirkan oleh perusahaan berdasarkan aspirasi dari warga Suku Anak Dalam sejak tahun 2008 dimulai dari pelatihan montir, budidaya ikan, beternak ayam, pennggemukan labi-labi, budidaya jahe hingga bertanam jernang.
• Program Ketrampilan Montir
Para pemuda dari warga Suku Anak Dalam berminat mengikuti pelatihan montir yang diselenggarakan oleh PT SAL-1 yang bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja (BLK), Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sarolangun. Pelatihan ini diselenggarakan pada tahun 2008 .
• Budidaya hortikultura
PT Sari Aditya Loka-1 mendirikan 4 kebun percontohan hortikultura di Rombong Nggrip, Nangkus, Bepayung dan Kelompok Nugrah mulai akhir tahun 2015. Program ini diinisiasi berdasarkan permintaan Suku Anak Dalam yang ingin memanfaatkan lahan yang terbengkalai. Komoditi yang ditanam bervariasi mulai dari kacang panjang, mentimun, kacang kedelai, jagung, kangkung dan cabai. Tujuan pendirian kebun percontohan ini adalah untuk mengenalkan dan menginspirasi Suku Anak Dalam untuk menanam hortikultura di lahan atau pekarangan mereka. Dengan adanya kebun percontohan ini, diharapkan warga rimba akan terinsipirasi untuk memanfaatkan lahan atau pekarangan mereka dengan menanam palawija. Dampak yang diharapkan dari program ini adalah peningkatan pendapatan jangka pendek serta adanya perubahan pola meramu menjadi bercocok tanam dan dari kehidupan nomaden menjadi menetap. Keempat kebun percontohan ini difasilitasi oleh PT SAL-1 yang berperan dalam penyediaan bibit, pupuk, pengolahan lahan dan pestisida. Bibit yang disediakan juga bervariasi tergantung minat dari masing-masing rombong.
• Budaya Menabung
Kegiatan budaya menabung yang digagas PT Sari Aditya Loka-1 bertujuan untuk merangsang warga rimba agar menjadikan menabung menjadi kebiasaan. Ketika sudah menjadi kebiasaan maka mereka diharapkan akan memprioritaskan menyisihkan sebagian dari pendapatannya terlebih dahulu untuk ditabung daripada dikonsumsi. Peserta program diikuti oleh 65 orang dari setiap KK dari 6 sub rombong.
• Program Budidaya Jahe Gajah dan Jahe Merah
Usulan Program usaha budidaya jahe gajah dan jahe merah dikemukakan oleh Pak Tarib kepada PT SAL-1. Permintaan Pak Tarib direspon dengan pendirian 1 unit kebun percontohan di lahannya yang terletak di Kutai, Desa Pematang Kabau, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun pada bulan Agustus 2016. Selain itu PT SAL-1 juga memberangkatkan 7 orang warga Rimbo ke lokasi pembudidayaan jahe organik di PT Sidomuncul Bergas Kab. Semarang untuk mengikuti kegiatan pelatihan budidaya jahe.
• Budidaya Ikan Lele
Program lele berawal dari ide Bapak Tarib yang menyampaikan kepada tim ekonomi mengenai minatnya terhadap budidaya lele. PT SAL memfasilitasi penyediaan kolam lele biofloks yang dilaksanakan di lokasi Pak Tarib dan Pak Nggrip dengan 10 kolam (masing-masing 5 kolam).
• Budidaya Ayam Kampung
Program ayam terbentuk diawali dengan perundingan antara PT SAL 1 dengan Kelompok Mette pada tanggal 18 November 2018 tentang bantuan program apa yang cocok dan diinginkan kelompoknya. Budidaya ayam ini dikelola oleh 1 Kelompok yang terdiri dari 5 orang.
• Budidaya Jernang
Program ini merupakan impelementasi kerja sama antara PT SAL-1 dengan Balai TNBD. Budidaya jernang merupakan salah satu program pengayaan TNBD yaitu Pengayaan Tanaman Jernang. Program ini diharapkan dapat memberikan hasil jangka Panjang dengan memanfaatkan Kawasan TNBD yang sudah menjadi rumah bagi mereka. Selain itu program ini juga bermanfaat untuk pengayaan taman nasional. Sistem yang diberikan dalam kegiatan ini adalah dengan penanaman bibit dewasa, pemberian insentif bagi SAD yang membibitkan dan menanam dan pembuatan lokasi percontohan. Implementasi program kerja sama ini mulai diwujudkan dalam kegiatan pelatihan budidaya jernang oleh 21 orang peserta pada tahun 2018. Setelah pelatihan dilaksanakan, para peserta mendapatkan bibit jernang masing-masing 20-25 pokok untuk ditanam di kawasan TNBD. Total jernang yang telah ditanam adalah sebanyak 520 batang.
• Penampungan labi-labi
PT SAL-1 menyediakan 3 unit kolam penampungan labi-labi yang telah dilaksanakan sejak bulan September 2018. Kolam ini berfungsi sebagai tempat pemeliharaan labi-labi yang diburu oleh OR sampai tahap siap dikonsumsi atau dijual kepada sesama OR. Sementara itu mereka mencari labi labi di sungai untuk dibesarkan di kolam tersebut. Program ini berasal dari usulan Suku Anak Dalam Sub Rombong Ninjo / Meriau. Hal ini dilatarbelakangi oleh kegemaran mereka dalam mengkonsumsi labi –labi yang diikuti oleh Meriau dan Nyerak dari Sub Rombong Ninjo / Meriau.
Hambatan umum yang sering dirasakan dalam program peningkatan pendapatan warga Suku Anak Dalam adalah sulitnya ketika mereka masih sering melangun dan pergi ke dalam hutan sehingga komoditi yang dipelihara tidak diurus. Di awal program, para peserta juga belum terbiasa merawatnya secara rutin sehingga perlu pendampingan yang lebih intensif.
Sementara itu program ketahanan pangan diwujudkan melalui 2 jenis yaitu program ketahanan jangka pendek dan program ketahanan pangan jangka panjang. Program jangka pendek dilaksanakan dalam bentuk pemberian beras dan bahan makanan sesuai dengan kebutuhan Suku Anak Dalam untuk memastikan kecukupan sumber makanan Suku Anak Dalam. Program ini digulirkan sesuai dengan fakta di lapangan bahwa OR belum mampu seluruhnya memenuhi kebutuhan pangan. Bantuan yang diberikan berupa beras dan paket bahan makanan yang terdiri dari mie instan, kopi bubuk, garam dan gula. Proses pendistribusian menggunakan kartu ketahanan pangan yang telah dibagikan kepada seluruh penerima program. Selama tahun 2019, Perusahaan telah mendistribusikan 44 ton beras dan 2700 paket bahan makanan kepada 301 keluarga yang mencakup 1.082 orang. Program ketahanan pangan jangka panjang diwujudkan dalam bentuk penyediaan lahan Suluh Rimbo. Program ini dilaksanakan dalam bentuk penyediaan lahan pertanian sebagai pusat kegiatan Suku Anak Dalam yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan ketahanan pangan dan pusat kegiatan OR meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam jangka panjang, ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, namun juga kemampuan warga Suku Anak Dalam untuk memproduksi dan mengelola bahan makanan mentah sehingga tidak muncul ketergantungan pangan. Saat ini Perusahaan telah mendirikan 2 unit kebun Suluh Rimbo di Rombong Sikar 0,3 Ha dan 1 unit yang lain seluas 2,04 Ha untuk 4 Rombong warga Suku Anak Dalam yang bermukim di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun yaitu Nggrip, Afrizal, Bepayung dan Nangkus. Komoditas utama yang ditanam yaitu umbi-umbian dan komoditas pendukung seperti cabe, jagung, kelapa, pinang dan nanas.

Inisiatif program kesehatan untuk Suku Anak Dalam telah dilakukan sejak tahun 2008. Program yang dilakukan adalah penyuluhan dan pelayanan kesehatan. Selain penyuluhan dan pelayanan kesehatan, kepada Dukun Bersalin juga diberikan pelatihan yang bertujuan untuk menambah wawasan para dukun dalam membantu persalinan di dalam kawasan, menekan tingginya angka kematian pada ibu dan bayi serta mendekatkan para dukun dan ibu hamil pada pusat pelayanan kesegatan atau tenaga medis yang berada di desa.

Pada tahun 2012, PT SAL melakukan perbaikan pelayanan dengan tajuk yang berbeda dari sebelumnya, yaitu pembentukan 2 (dua) unit Posyandu untuk Suku Anak Dalam. Posyandu yang pertama berlokasi di Rombong Betaring (Desa Pematang Kabau) yang bernama Posyandu Astera dan posyandu kedua berlokasi di Rombong Nangkus (Desa Bukit Suban) yang bernama Posyandu Raflesia. Kegiatan yang dilaksanakan dalam posyandu tersebut adalah pelatihan kader, pelaksanaan program posyandu 5 (lima) meja dan program tambahan Posyandu. Jumlah peserta pada tahun 2012 pada Posyandu Astera adalah 25 orang dan Posyandu Raflesia adalah 37 orang.

Pada tahun 2014, kegiatan pelayanan kesehatan dan penyuluhan diperluas ke 2 rombong Suku Anak Dalam dengan jumlah peserta yang berobat adalah sebanyak 81 orang. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk kerjasama dengan Puskesmas setempat yang juga memberikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut.

Pada tahun 2015, dengan dokter yang disediakan perusahaan dan kerjasama dengan berbagai pihak, seperti Kodim 0340 Sarko dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun meningkatkan layanan kesehatan yang melibatkan 112 orang dari rombongan Temenggung Grip, Temenggung Bepayung, Temenggung Tarip dan Nugrah. Penyuluhan juga diberikan kepada peserta mengenai kesehatan diri, lingkungan, dan keluarga berencana.

Pada tahun 2016 tepatnya bulan September, PT SAL membangun 1 (satu) unit klinik untuk pengobatan Suku Anak Dalam di Sub Rombong Betaring. Sejak itu pula, tim medis perusahaan mulai rutin melakukan kunjungan pengobatan di rombongan Temenggung Nangkus, Temenggung Nggrip dan Temenggung Sikar, dengan rata-rata jumlah pasien yang berobat selama bulan Oktober – Desember 2016 adalah sebanyak 81 orang. Selain pengobatan, kegiatan Posyandu juga tetap berjalan, bahkan sudah bertambah 1 (satu) unit Posyandu di rombongan Temenggung Sikar. Kegiatan pelayanan Keluarga Berencana juga dilakukan bagi Suku Anak Dalam yang bersedia untuk menggunakan alat kontrasepsi. Untuk meningkatkan pengetahuan Suku Anak Dalam mengenai kesehatan diri dan lingkungan, perusahaan juga memberikan penyuluhan sebanyak 2 kali dalam sebulan di rombongan-rombongan tersebut.

Mulai tahun 2017, pelaksanaan program kesehatan sudah lebih terstruktur dengan baik dan rutin. Program kesehatan dibagi menjadi 3 sub program, yaitu program preventif yang meliputi Posyandu, pelayanan KB dan pemberian makanan tambahan, program promotif yang meliputi penyuluhan kesehatan diri dan lingkungan dan program kuratif berupa pengobatan gratis.
• Penyuluhan Hidup Bersih dan Sehat
Dilaksanakan 1 kali per bulan untuk setiap sub rombong. Kegiatan ini mulai rutin dan terjadwal dilakukan pada Januari 2019. Materi yang diberikan terkait tentang hidup bersih (cuci tangan, gosok gigi, gunting kuku,dll) dan pencegahan penyakit . Jadwal penyuluhan disosialisasikan di awal bulan
• Pemberian Makanan Tambahan
Pemberian makanan tambahan diberikan kepada OR dibarengkan dengan kegiatan penyuluhan dan siswa sanggar belajar yang dikelola oleh PT SAL
• Program Posyandu
Peserta posyandu adalah bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Pada Posyandu, dilakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan pada anak usia 0-5 tahun, pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB dan penyuluhan. Posyandu dilaksanakan sebulan sekali di 5 unit posyandu yang didirikan oleh Perusahaan
• Penyediaan Fasilitas Air Bersih dan MCK
Permintaan fasilitas sanitasi sumber air bersih dan toilet berasal dari OR sendiri karena akses terhadap fasilitas tersebut tidak ada. PT SAL dan warga OR berkolaborasi dalam mendirikan sumber air bersih dan toilet tersebut. Warga OR menyediakan lahannya, PT SAL menyediakan bahan bangunan dan tenaganya. Saat ini telah disediakan 3 unit MCK dan sumber air bersih di Sub Rombong Saidun, Sikar dan Betaring
• Monitoring Body Mass Index
Pemeriksaan BMI (Body Mass Index) menggunakan metode antropometri melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut maka dapat ditentukan kategori BMI masing-masing OR antara lain kurus berat, kurus ringan, kurus, normal, gemuk ringan dan gemuk berat. PT SAL memantau warga yang masuk kategori kurus berat
• Layanan Kesehatan Kuratif
Layanan kesehatan kuratif dilaksanakan oleh 2 orang tenaga medis. Kegiatan layanan kesehatan dilakukan melalui kunjungan rutin ke setiap sub rombong 2 kali seminggu. Kunjungan ke Sub Rombong ini adalah salah satu bentuk aktivitas rutin dan terjadwal untuk memberikan pemeriksaan dan pengobatan gratis bagi OR. Pada saat kunjungan bisa jadi ada pasien dan tidak tergantung kondisi warga. Di awal bulan Tim Medis rutin melaksanakan sosialisasi kepada warga terkait jadwal kunjungan.

Pelayanan kesehatan dilakukan di klinik (Health Care Center) atau kunjungan ke sudung / rumah OR menggunakan ambulance khusus Suku Anak Dalam yang disediakan perusahaan. Kegiatan yang dilakukan adalah pengobatan bagi yang sakit, pengecekan kesehatan bagi ibu hamil dan pelayanan kesehatan pasca melahirkan terhadap ibu dan bayi. Jika ada anggota keluarga yang sakit, mereka dapat mendatangi fasilitas kesehatan terdekat seperti puskesmas atau langsung membeli obat di apotik. Namun, saat mereka berada di dalam kawasan mereka menggunakan obat-obatan tradisional yang tersedia di alam. Pelayanan rutin kesehatan selama tahun 2019 adalah 1469 kali. Jumlah warga yang telah mendapatkan fasilitas ini adalah 658 jiwa dari 235 KK.

PT. SAL-1 melihat bahwa pendidikan merupakan faktor utama untuk menghasilkan generasi masa depan yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Di saat yang sama, Suku Anak Dalam juga memiliki akses yang terbatas terhadap pendidikan formal. Kebiasaan hidup berpindah (melangun) juga merupakan salah satu faktor budaya yang menjadi kendala pendidikan anak-anak Suku Anak Dalam. Sekolah Halom atau Sekolah Alam adalah alternatif solusi yang dikembangkan sebagai langkah awal dalam mengenalkan dunia pendidikan ke komunitas Suku Anak Dalam. Perusahaan berinisiatif untuk mendirikan beberapa fasilitas pendidikan untuk komunitas Suku Anak Dalam dalam kelas PAUD, Kelas Jauh dan PLS. Kelas PAUD bertujuan membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Sementara itu PLS (Pendidikan Luar Sekolah) memberikan dasar-dasar kemampuan CALISTUNG yaitu membaca, menulis dan berhitung. memberikan pengalaman belajar yang mandiri dan produktif. Program kelas jauh adalah fasilitas yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sarolangun dan diperuntukkan kepada masyarakat (dalam hal ini Suku Anak Dalam) yang memiliki keterbatasan akses terhadap sekolah formal karena jarak yang relatif jauh dari tempat tinggalnya. Dalam periode 1 minggu, para siswa akan bergantian menempuh pendidikan di sanggar belajar dan sekolah formal.

Saat ini PT. SAL-1 menyediakan 11 unit fasilitas sanggar belajar sejak tahun 2009 yang melayani 3 tipe kelas di atas baik yang dikelola sendiri maupun dikelola bersama dengan instansi pemerintah (Dinas Pendidikan dan Balai TNBD). Kesebelas sanggar belajar itu antara lain Sekolah Alam Putri Tijah, PAUD Nurul Ikhlas, Rajo Nasar, Nurul Islam, Rimbo Aur Duri, Punti Kayu 1, Punti Kayu 2, Rimbo Pintar Sungai Kuning, Gading Rimba Jaya, Rimbo Sako Selensing dan Rimbo Pagar Alam. Total siswa di sanggar belajar ini adalah 261 siswa. PT. SAL-1 juga mendirikan program “Madu Rimbo” atau Wisma Terpadu Suku Anak Dalam yang merupakan program lanjutan dari program sekolah non formal. Di dalam program ini, perusahaan memberikan beasiswa penuh dan asrama bagi siswa Suku Anak Dalam sehingga kegiatan sekolah tidak terganggu dengan budaya berpindah seperti “melangun”. Program ini diberikan untuk mempersiapkan Suku Anak Dalam menempuh pendidikan di sekolah formal. Saat ini terdapat 6 anak yang tinggal di Asrama Madu Rimbo dan menempuh pendidikan di SDN 274 Muara Delang dan SMK Negeri 4 Merangin

Setelah mengikuti program Madu Rimbo, PT. SAL-1-1 menyediakan beasiswa yang dimulai sejak tahun 2016 ditandai dengan pemberian beasiswa untuk Abdul Rahman di SMK MM Yogyakarta. Sementara itu sejak tahun 2018, warga OR lain yang telah masuk usia sekolah mendapatkan beasiswa dari PT. SAL-1. Beasiwa yang diberikan berupa uang saku, alat sekolah dan seragam. Besaran uang saku tergantung pada kelas yang diikuti. Total siswa yang mendapatkan beasiswa sejumlah 37 orang. Mereka tersebar di 5 sekolah formal yaitu SDN 191 Pematang Kabau, SDN 275 Pematang Kabau, SMPN Satu Atap Bukit Suban, SMK Kehutanan Pekanbaru dan SMK MM Yogyakarta. Hingga bulan Agustus 2019, dari 453 anak usia sekolah kini telah tercatat 304 anak usia sekolah telah mengikuti program pendidikan yang difasilitasi oleh perusahaan.

Bapak Idris, adalah salah seorang putra Desa Jernih yang merasakan hidup bersama Suku Anak Dalam selama 6 tahun. Pada masa ketika beliau berumur 2 tahun, beliau dibawa oleh kedua orang tuanya berkebun di daerah renah, daerah tempat warga desa biasa menanam padi, berkebun ubi dan menanam tanaman perkebunan seperti karet dan menanam tanaman buah-buahan seperti durian, jengkol, petai dan duku. Diuraikan oleh Bapak Idris bahwa  ketika itu, beliau jatuh dari pondok dan bertepatan pula dengan itu, orang tuanya kedatangan Temenggung Berambai dengan isterinya. Antara Temenggung Berambai dan orang tua Bapak Idris, sudah berteman dari lama dan mereka menyebut dengan istilah “sanak” satu sama lainnya. Temenggung Berambai meminta izin untuk mengobati “Idris kecil” dan dapat sembuh. Selanjutnya Temenggung Berambai meminta izin kepada orang tua Bapak Idris, untuk membawa Idris ke dalam rimba (istilahnya dibawa ke gunung) dan meminta agar “Idris kecil” dijadikan anak angkat Temenggung Berambai. Orang tua Bapak Idris pun mengizinkan dan dibawalah “Idris kecil” ke dalam rimba serta menjadi anak angkat Temenggung Berambai. Semenjak itu, beliau resmi sebagai anak rajo Temenggung Berambai  dan selama 6 (enam) tahun beliau didik oleh Temenggung Berambai, dan dikembalikan kepada orang tuanya di Desa Jernih pada umur 8 tahun.

Menurut Bapak Idris, keturunan Temenggung Berambai yang laki-laki bernama Basurau (putra bungsu Temenggung Berambai). Basurau merupakan adik dari Bapak Idris yang meneruskan kepemimpinan Temenggung Berambai, setelah Temenggung Berambai meninggal. Anak dari Temenggung Berambai bernama Mijah, Mulung, keduanya jadi Temenggung, namun keduanya meninggal dunia. Kemudian putri ketiga dari Temenggung Berambai mempunyai suami bernama Marpuk.  Putri keempat dari Temenggung Berambai mempunyai suami yang bernama Mari Tuha (Mari Tuha kemudian dikenal juga sebagai Temenggung), dan putra laki-laki terkecil (bungsu dari Temenggung Berambai yaitu Besurau, yang kemudian melanjutkan kepemimpinan ketemenggungan setelah Temenggung Berambai meninggal dunia.

Diakui juga oleh Bapak Idris, bahwa Temenggung Berambai beserta keluarganya menempati wilayah Sungai Kejasung Besar, Sungai Kejasung Kecil. Sementara adik Temenggung Berambai bernama Temenggung Setenang menempati wilayah Sungai Sungkai dan Sungai Terap. (Wilayah Kejasung Besar, Kejasung Kecil, Sungai dan Sungai Terap sering disebut dengan wilayah hilir). Sementara itu, di daerah tengah (Ulu Air Hitam), wilayah nya ditempati oleh Temenggung Besiring dan untuk wilayah Makekal, ditempati oleh Temenggung Melayar.

Sejarah Idris

 

Kecamatan Air Hitam sekarang, dahulunya dikenal dengan Marga Air Hitam. Marga Air Hitam ini berbatasan dengan dengan Muara Tabir di Kabupaten Tebo, Maro Sebo Ulu, Batin 5, , Batin XXIV  di Kabupaten Batang Hari. Selain itu Marga Air Hitam juga berbatasan dengan Batin 6, Simpang III di Kabupaten Sarolangun dan Marga Batin Batin IV Hilir di Kabupaten Merangin.

Menurut Pak Idris, Orang Kubu, yang kita sebut sebagai Suku Anak Dalam, menempati wilayah Bukit Kuaran, yaitu wilayah Cagar Biosfir atau Taman Nasional Bukit Dua Belas sekarang. Sementara bagian tanah renah, adalah kepunyaan warga kampung atau masyarakat marga Air Hitam. Sebagai bukti, banyak pohon buah-buahan serta pohon karet warga kampung di daerah renah (daerah yang datar) tidak pernah diganggu oleh warga Suku Anak Dalam. Telah menjadi kesepahaman antara warga desa dengan Suku Anak Dalam dari dahulu bahwa wilayah Suku Anak Dalam adalah wilayah Bukit Barisan (Bukit Kuaran) sementara tanah renah adalah wilayah orang desa (warga masyarakat Marga Air Hitam).